Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mengembangkan sebuah inovasi yang potensial untuk memerangi stunting pada anak-anak, masalah gizi kronis yang masih menjadi perhatian serius di Indonesia. Inovasi ini diberi nama STULYZE, yang merupakan singkatan dari alat dan aplikasi deteksi dini stunting berbasis load cell dan sensor ultrasonik yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT).
Stunting adalah masalah gizi kronis yang telah lama menjadi perhatian di Indonesia. Bahkan, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi dalam prevalensi stunting di Asia Tenggara. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensinya mencapai 30,8%, meskipun diperkirakan telah turun menjadi 26,92% pada tahun 2020. Namun, angka tersebut masih jauh di atas ambang batas prevalensi stunting yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20%. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya upaya bersama, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga melibatkan masyarakat.
Baca Juga :
Stunting, atau dikenal sebagai balita pendek, terjadi karena kekurangan gizi kronis, terutama selama periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi ini umumnya disebabkan oleh asupan gizi yang tidak memadai, status kesehatan yang kurang baik selama periode yang lama, kurangnya akses sanitasi dan air bersih yang memicu infeksi berulang, serta pola asuh yang tidak memadai selama 1.000 HPK.
Deteksi dini stunting sangat penting dan dapat dilakukan dengan memantau pertumbuhan anak secara rutin. Para ibu dihimbau untuk mengunjungi Posyandu terdekat untuk memantau perkembangan anak mereka, yang termasuk dalam pemantauan adalah indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan z-score berada pada rentang kurang dari -2 SD (pendek) hingga -3 SD (sangat pendek).
Ketua tim PKM STULYZE, Syifa Dina Munafizah dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan FK-KMK UGM, mengungkapkan bahwa alat deteksi stunting otomatis yang terintegrasi dengan IoT masih sangat jarang dikembangkan, terutama di Indonesia yang masih memiliki tingkat stunting yang tinggi. Oleh karena itu, tim STULYZE berkomitmen untuk terus mengembangkan sistem alat dan aplikasi ini, dengan harapan bahwa teknologi dalam bidang kesehatan, terutama dalam skrining stunting, akan menjadi lebih mudah digunakan, efektif, dan akurat di masa depan.
Baca Juga :
- Memahami Dasar-Dasar Internet of Things (IoT): Mengulas Komponen-Komponen Kunci
- Materi yang perlu disampaikan dalam mata kuliah IoT
STULYZE memanfaatkan teknologi load cell dan gelombang ultrasonik untuk mengukur tinggi/panjang badan serta berat badan anak. Dengan teknologi ini, alat dan aplikasi ini mampu mendeteksi berbagai masalah gizi pada anak, termasuk stunting. Selain itu, perangkat STULYZE dirancang dengan desain yang portabel dan ergonomis, sehingga mudah dibawa dan nyaman digunakan.
“Alat dan aplikasi yang kami kembangkan ini terintegrasi dengan sistem IoT sehingga memungkinkan akses data secara fleksibel dari berbagai perangkat. Aplikasi mobile STULYZE sendiri menyediakan berbagai fitur, termasuk pemantauan status gizi dan tumbuh kembang anak, konsultasi dengan tenaga kesehatan, edukasi terkait permasalahan gizi dan/atau stunting, serta rekomendasi menu makanan bergizi untuk anak,” kata Rozi, seorang anggota tim STULYZE yang bertanggung jawab atas perangkat lunak.
Tim PKM STULYZE terdiri dari mahasiswa dari berbagai fakultas, termasuk Syifa Dina Munafizah (FK-KMK), Ahmad Fauzan & Eduardus Nathaniel A (Fakultas Teknik), serta Muhammad Fahru Rozi Rafid Aslam (Sekolah Vokasi).
“Ini adalah langkah maju yang penting dalam pemantauan status gizi dan perkembangan anak. Dengan STULYZE, masalah status gizi, termasuk stunting, dapat dideteksi secara otomatis dengan proses yang cepat dan mudah,” kata Rafid, salah satu anggota tim STULYZE. Prestasi tim PKM-KC STULYZE ini terakui oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud RI dan mendapatkan pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa.
Artikel lengkapnya dapat dibaca di tautkan ke sumber.